Langsung ke konten utama

KULTUM KEDUA: SOLAT DI MAL

Pada kultum kedua kalinya ini, saya agak santai. Nggak seperti Kultum pertama yang harus mempersiapkan diri berhari-hari. Namun gara-gara terlalu santai, malam sebelum kultum, teks atau rancangan kultum malah belum ada. Paksa-ai begadangan sampek jam 12. Halah, malah menyiksa kalo gini caranya. Hehehe....Jangan ditiru ya penonton.

Tetep saya siapkan alarm 2 hape untuk jaga-jaga, biar subuh nggak keliwatan. Benar saja, alarm bunyi jam 3.30. Wuih saya langsung mandi, tahajudan, hajat dan ngabur ke mesjid. Saya deketin Mas Supri abis tahiyatul masjid.

"Giliran Pak Slamet, nih...", katanya.

Saya manggut sambil berdoa. Gawat kan kalo salah jadwal. Hehehe....Setelah Pak Ilyas Rafi menyelesaikan wirid pendeknya, saya tampil.

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabil alamin, wal akibatu lilmuttaqin. Fala ngudwana ila ala dholimin. Wa sholatu wa salamu ngala srofil ambiyai wal mursalin wa ala alihi wa sohbihi wa man tabiahum illa yaumiddin.

Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam. Dan akherat adalah untuk mereka yang bertaqwa. Tak ada permusuhan kecuali terhadap orang-orang yang dholim.

Solawat dan salam semoga tetap tercurah limpah pada Rasul paling mulia Muhammad saw, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga Hari Pembalasan.

Jamaah subuh Masjid Al-Muqarrabin yang dirahmati Allah. Saya mengajak jamaah untuk menelisik surat Al-Mukminun ayat 1-3,

Audzubillahiminasyaiton nirajim
Kod aflakhal mukminuun
Aladina hum fii sholatihim khosiuun
Waladzina hum 'anil lagwi mukriduun
Sodaqollahul adziim

Beruntunglah kaum beriman, yaitu orang-orang yang khusuk dalam solat dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang sia-sia.

Selanjutnya dalam riwayat Tabrani, Rasulullah bersabda : Amal yang pertama kali diangkat dari muka bumi adalah sholat. Barangsiapa yang baik sholatnya, maka akan baik amalan-amalan lainnya, dan barangsiapa yang cacat sholatnya, maka akan buruk pula amalan-amalan lainnya,

Pagi ini saya tidak akan membahas masalah trik dan ciri-ciri orang yang khusuk sholatnya. Insya Allah di sesi lain akan dibahas secara komprehensip. Namun saya akan membawa jamaah untuk sejeniak menengok cara sholat saudara-saudara kita umat muslim lain di tempat lain.

Secara tradisonal sentra-sentra ekonomi kita orang Indonesia umumnya adalah di pasar, di sawah, di kebun, di pantai dan sebagainya. Namun sekarang, seiring perkembangan desa menjadi kota, maka sentra-sentra ekonomi menjadi di mal, di pasar, di terminal dan sebagainya. Saya akan coba potret cara peribadatan kita di mal. Kalau jamaah pergi ke mal dan tiba waktu sholat, datanglah ke tempat sholat di mal. Disekitar Bukit Cengkeh 2 sudah banyak mal-mal berdiri. Ada mal yang jumlah tenant-nya banyak (300 manusia) namun tempat sholat hanya mampu menampung 20 jamaah saja. Bagaimana kalau magrib tiba dengan waktu pendek? Ironisnya ada mal yang besar, dengan jumlah pedagang dan pengunjung yang banyak namun bila waktu sholat tiba, yang datang sangat sedikit. Bisa jadi hanya 10-20 saja.

Di Pejaten ada mall yang tempat solatnya sempit, tanpa kipas sehingga selesai solat jamaah mandi keringat. Ini berbeda dengan tempat -maap-toiletnya yang bersih, dingin dan kering. Masak tempat bertemu hambanya dengan pemilik bumi dikalahkan dengan toilet.

Di Medan, ada mall yang tempat solatnya saingan ama pedagang dan berlokasi ditangga naik mal. Sungguh memprihatinkan.

Tak jarang tempat solat di mal menempati bekas parkiran, dekat derungan suara mesin AC dan diatap gedung. Bagaimanakah agar khusuk? Tampaknya orang dengan level iman, ilmu dan amal yang tinggi saja yang solatnya tak dipengaruhi oleh suasana yang hingar-bingar seperti itu. Lantas bagaimana dengan orang yang butuh keheningan, ketenangan dan suasana damai untuk bertemu Tuhannya?

Di kampung saja, yang sudah tenang, jamaah perlu puji-pujian untuk sampai pada suasana syahdu, dan siap untuk bertemu dengan Allah. Lalu kalo di mal, di pasar, di terminal? Yang suasana naturalnya sudah begitu dari sononya: bagaimana cara jamaah solat bersiap bertemu dengan Khaliknya?

Di tempat yang tidak layak seperti itu, bagaimana bisa solat khusuk? Padahal mereka tinggal dan berinteraksi seperti itu berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun? Kualitas solat seperti apa yang mereka hasilkan.

Sungguh karunia Allah kita masih bisa beribadah solat dengan enak di Mesjid Al-Muqarrabin ini: tenang, terang, bersih dan dingin. Lha mereka, solat perlu berjuang seakan di medan perang. Apalagi para pemilik mal rata-rata bukan muslim yang bisa mendisain rancangan mal customized dengan tempat solat para penghuni mal.

Apa langkah kita bersama. Insya Allah, kita harus bantu mereka. Gerakan dakwah kita tidak cukup hanya di ring satu lingkungan sekitar masjid. Kita perlu meluaskan arah perjuangan kita di sentra-sentra ekonomi karena akan banyak membantu jamaah lain memperbaiki kualitas solat mereka.

Masjid-masjid harus dibangun di sekitar mal, pasar, dan terminal. Lewat DPR harus diundangkan peraturan daerah yang mengatur bagian mal untuk solat. DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) harus membantu masjid atau tempat solat di mal di sekitar masjid. Baik bangunan fisiknya, sarana-prasarana, program-program tausyiah dan sebagainya.

Belum lagi bila kita melongok acara siraman rohani di tempat2 seperti itu. Matahari Dept Store setiap Jumat pagi selalu mengisi acara dengan Yasinan atau tausyiah dengan pemateri dari luar. Tapi kebiasaan baik itu tidak terjadi di jaringan toko lain. Mereka dibiarkan tanpa tambahan ilmu, siraman rohani atau sejenisnya padahal mereka hidup dan menggantungkan hidupnya dari tempat-tempat itu bertahun-tahun.

Kita musti punya gerakan masive untuk merubah semua itu sehingga semakin banyak umat Islam yang memiliki kualitas solat dan kulaitas ibadah yang sempurna khusuk dan kaffah.

Semoga kita dimasukkan ke dalam golongan yang peka terhadap kesulitan orang lain. Dan mampu menolong memperbaiki tata-cara beribadah dengan kemampuan kita sendiri. Insya Allah.

Billahi taufik wal hidayah. Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAKI-LAKI MENANGIS

DIANTARA karunia dan nikmat Allah bagi umat ini adalah Dia (Allah) mengutus Nabi Muhammad kepada kita. Dengan diutusnya Muhammad Rosulullah, Allah menjadikan mata yang buta menjadi terbuka, membuat telinga yang tuli menjadi mendengar, dan membuka kalbu yang terkunci mati. Diutusnya Rasulullah, Allah menunjuki orang yang sesat, memuliakan orang yang hina, menguatkan orang yang lemah dan menyatukan orang serta kelompok setelah mereka bercerai-berai. Selasa 5 Juli 2011 bila anda nonton TV-One live ada menanyangkan pemakaman KH. Zainuddin MZ. Kamera sempat menyorot dua tokoh nasional H.Rhoma Irama dan KH. Nur Iskandar SQ keduanya tampak menangis. Mengapa mereka menangis? Pernahkah anda menangis oleh karena melihat orang meninggal dunia? Ataukah kita baru mengingat pada kematian? Ad-Daqqa berkata : "Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan dimuliakan dengan 3 hal, yakni : lekas bertobat, hati yang qanaah (menerima apa adanya ketentuan Allah), dan semangat dalam beribadah. &q

MENSIKAPI DATANGNYA MASA TUA

Setelah solat subuh di Mejid Al-Muqarrabin, pagi ini, 3 Muharam 1432 H atau 9 Desember 2010, saya buru-buru pulang. Apa pasal? Saya pengen buru-buru nulis di blog ini mumpung ingatan saya tentang materi kultum yang saya bawakan masih anget bin kebul-kebul. Heee..... Begitulah Pembaca Yang Budiman, saya barusan share pengetahuan dengan ngasih kultum di mesjid kali ketiga atau dalam 3 bulan terakhir ini. Seperti biasa materi saya kumpulin dari internet, Quran, beberapa hadist dan beberapa riwayat. Kebiasaan juga masih, saya mempersiapkannya jam 21.00 ampek 23.30 wib, terus siapin hape dengan irama alarm, biar nggak kelewat. Bahaya, kan? Inilah kira-kira isi ceramah itu: Assalamuaalaikum warrah matullahi wabaraktuh. إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِهَدُ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ

ENGGAK MUDIK (LAGI) DI 2017

Biasalah Sodara-sodara.   Lebaran Juni 2017 ini saya dan istri nggak mudik.  Baik mudik ke Banjarmasin ato ke Banyuwangi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami sudah memutuskan untuk tidak akan mudik saat Lebaran tiba.  Mengapa? Selama hampir 22 tahun di Jakarta, saya mudik saat menjelang Lebaran terjadi pada 1997, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2006, 2009.  Setelah itu mudik tapi nggak menjelang Lebaran.  Artinya pulang kampungnya bisa dua kali tapi di bulan yang lain.  Kami tahu betapa hebohnya mudik menjelang lebaran.  Dari sulitnya cari tiket, desak-desakan di bis/kereta api, sampai susahnya pula perjalanan arus balik.  Itu sebabnya bila Anda ingin mudik rileks, tenang, damai dan fun, maka pilihlah mudik di luar Lebaran.  Lagian mana tahan orang 19 juta pemudik bergerak bersama di jalan yg itu-itu juga (Referensi, Budi K. Sumadi, Menhub).  Sangat tidak layak, berbahaya, dan menyengsarakan.  Kita bicara orang Jakarta yang mudik saja, prediksi total 4 juta saja dg asumsi mo